Jumat, 12 Mei 2023

Kaca mata Penghayat Kepercayaan Indonesia mengamati dinamika masyarakat

      Sebagai bagian dari warga negara Indonesia kami para Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan YME yang tergabung dalam wadah Nasional MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia), sangat merasa bersyukur kepada Tuhan YME dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia, utamanya para petinggi negri yang atas nama Pemerintah telah sedikit demi sedikit melepaskan belenggu demi belenggu yang telah lama mengikat kebebasan kami dalam menunjukkan eksistensi sebagai warga negara yang sah, setapak demi setapak bertindak membukakan jalan buat kami untuk ikut berkiprah mengisi era kemerdekaan yang semakin nyata. Kalau dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 45 tercantum untaian kata ....."kemerdekaan adalah hak segala bangsa "..... tak salahlah kiranya jika negara juga wajib memberikan kepada kami warga Penghayat Kepercayaan yang ada di segenap penjuru negri ini, kebebasan untuk eksis, kebebasan untuk berekspresi, berkumpul, berpendapat dan berbuat sesuai dengan tradisi, adat istiadat serta ajaran leluhurnya masing-masing, sepanjang itu tidak menimbulkan keresahan di masyarakat dan apalagi sampai melanggar norma hukum dan menimbulkan kerawanan sosial/negara.

      Sebagian besar masyarakat kita memang terlanjur banyak mengkonsumsi aneka makanan/minuman asing, atau setidaknya bernuansa asing misalnya mulai dari bakso, bakmi, siobak, siomay, steak, fried chicken,  kebab, Thai tea, Cheese tea, Dalgona Coffee, boba dsb.  Menggunakan aneka peralatan mulai arloji, kacamata, TV, handphone, kendaraan, mesin cuci, kulkas, AC dsb. semuanya pasti berbau asing. Mode pakaian pun juga demikian, baik yang tertutup rapat maupun yang agak terbuka bagi para wanita, hampir semua modis kiblatnya mesti luar negeri. Memang masih ada yang ingin mengembangkan mode pakaian itu berdasar adat setempat, tetapi selain jumlahnya terbatas juga daya tariknya pada masyarakat luas makin menurun dari waktu ke waktu. Apakah ini yang dikatakan sebagai ekses dari perkembangan kemajuan masyarakat, ekses dari modernisasi ???

Dalam berolah kata, terutama para pembicara yang tampil baik yang langsung di depan umum, apalagi yang lewat media misalnya  radio, di TV dsb. jika mereka tergolong orang berpendidikan tinggi umumnya menonjolkan kemampuan mereka berbahasa asing atau banyak menggunakan istilah-istilah asing yang sulit dimengerti bagi masyarakat awam. Bahasa daerah yang konon di Indonesia ini jumlahnya banyak sekali, rasanya menjadi semakin asing di negri sendiri. Selain harus paham bahasa persatuan (bhs. Indonesia), dengan semakin banyaknya istilah asing yang dipergunakan dalam bahasa Nasional kita, semakin jarang orang bercakap dengan menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Salah satu terobosan yang masih kokoh melestarikan bahasa Jawa sebagai pengantar acara-acara tradisional Jawa adalah Kursus/pelatihan MC bahasa Jawa terutama untuk acara pernikahan. Untuk bahasa-bahasa daerah lainnya penulis kurang mengetahui. Yang pernah penulis ketahui malah aneh, di suatu daerah jika mengadakan upacara temanten/pernikahan, mulai dari pembukaan oleh MC, sambutan, do'a sampai akad nikah dan acara penutupan hampir 100% semuanya berbahasa Arab, padahal masyarakat umumnya di situ sehari-hari berbahasa Jawa biasa.

Untuk hal-hal yang berbau spiritual (terutama yang ada hubungannya dengan Tuhan YME), penulis tidak berani menyampaikan pendapat, karena penulis yakin bahwa itu semua terjadi/tercipta di dalam kehendak Tuhan YME sendiri, kalaupun nantinya terjadi proses pembenahan/perubahan biarlah itu berlangsung secara baik-baik lewat tangan-tangan lain yang dikehendaki Tuhan jua kiranya.

Sedikit muncul kekhawatiran, katanya... kehancuran suatu bangsa bisa terjadi jika bangsa itu kehilangan jati dirinya, kehilangan budayanya karena terjajah oleh budaya asing.....??? Mengamati semua fenomena di atas, sebagian pihak akan berkata , bahwa cepat atau lambat bangsa ini akan punah atau kembali menjadi jajahan bangsa lain yang lebih piawai. Dengan kata lain pihak tersebut setuju bahwa semua kejadian di atas bisa merupakan awal dari keruntuhan bangsa ini karena tidak mampu mempertahankan apalagi mengembangkan kualitas jati dirinya.
Bahkan ada sebagian yang malah merasa bangga jika ada kemampuan berbau asing, misalnya saja seorang kakek yang membanggakan cucunya yang masih TK sudah mampu berbahasa Inggris, padahal ini keluarga Jawa, seharusnya beliau  bangga jika cucunya mahir berbahasa Jawa yang penuh tatanan etika dan estetika, mengingat saat perkawinan kedua orang tua anak tersebut , untuk menghantar upacara pernikahan adat Jawa-nya saja terpaksa harus membayar mahal seorang MC.

Jika kita berkaca dari bangsa lain, misalnya Jepang, negeri ini berkembang pesat dengan aneka teknologinya. Dimulai dari jaman restorasi Meiji, negeri yang wilayahnya relatif tak seberapa luasnya ini mampu menggebrak bangsa Jepang yang pernah menggetarkan dunia dalam Perang Dunia ke dua, berhenti sebentar karena ledakan bom atom di dua kota Nagasaki dan Hirosima yang luluh lantak bersama hampir seluruh penduduk kota itu. Belum lagi wilayah daratan yang sering mengalami gempa bumi dan tsunami dahsyat. Pada kenyataannya sampai saat ini Negara dan bangsa Jepang masih tetap eksis dan semakin berkembang, bukan hanya kemajuan teknologinya, tapi budayanya juga tetap utuh, bahasanya, tulisannya (Katakana dan Hiragana), kulinernya, minuman tradisinya dsb. dsb. Begitu juga China dengan penduduk terbesar di dunia dengan daratan begitu luas, yang sekarang juga menjadi negara maju tapi tanpa sedikitpun kehilangan jati dirinya, bahasa sehari-hari penduduknya, tulisan-tulisan dalam semua buku (pelajaran, taman pustaka dan majalah), nama-nama toko, perusahaan, koran dsb. semuanya huruf China.

Kekhawatiran yang tersirat diatas rupanya segera terhapus setelah kita semua mengamati apa yang sedang terjadi hari ini. Dibawah pimpinan presiden ke tujuh sekarang ini Indonesia benar-benar mendapatkan rakhmat yang luar biasa dari Tuhan YME. Pembangunan di banyak bidang menjadi semakin merata dan berjalan lancar, ekonomi makin menguat (padahal dunia lagi terpapar resesi global), di bidang olahraga para atlet semakin perkasa hampir disemua arena baik di dalam maupun luar negeri. Dalam bidang pendidikan, konsep merdeka belajar menjadi semakin nyata dan bermanfaat apalagi setelah digembleng dengan kondisi merebaknya Covid-19 melahirkan suatu sistem pembelajaran yang di jaman sebelumnya tidak pernah terjadi (ada luring ada daring, tugas-tugas dijalankan secara WFH). Pembangunan infrastruktur yang pada awalnya banyak ditentang, sekarang banyak disyukuri dan didukung dimana-mana setelah dirasakan besar manfaatnya.  Pembangunan SDM mulai dirasakan di banyak sektor baik aparat termasuk bos-bosnya, swasta maupun pemerintah, kemampuan di sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi (mis. pelatihan UMKM) dsb.

Bangsa Indonesia yang terdiri dari sekitar 1.340 suku bangsa (menurut sensus BPS th 2010) dengan 718 bahasa daerah dengan segala perbedaannya, telah sepakat menjadi satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air , ini terjadi sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Dan kini, saat ini kita sebagai suatu bangsa menyaksikan dan  sekaligus merasakan adanya akselerasi di berbagai bidang kehidupan secara nyata, semakin maju dan berkembang secara merata di hampir seluruh pelosok negeri ini. Memang masih jauh dari sempurna, tapi jelas perkembangan dan kemajuan itu makin terwujud dan dinikmati oleh semakin banyak manusia penghuni negeri ini. Perkenan Tuhan YME untuk mengabulkan cita-cita bangsa ini mulai terwujud.

Penulis teringat akan semboyan salah satu paguyuban Penghayat  : "Luhuring bangsamu mbenjang kawasea Iman suci" yang artinya bahwa Bangsa ini akan jaya bila dipimpin oleh suasana Iman suci, dengan kata lain bangsa ini akan mencapai kejayaannya apabila para pemimpinnya pada berbudi pekerti luhur dan tidak berpaham KKN (Iman suci = keyakinan akan Tuhannya sudah mencapai tahap kesucian, apapun agama/kepercayaannya) .
Semoga untuk pemimpin yang akan datang negeri ini benar-benar dianugerahi Tuhan YME pemimpin yang berkategori seperti di atas, syukur kalau kuantitas dan kualitasnya menjadi lebih baik lagi.

Kami sebagai warga penghayat kepercayaan yang saat ini berhimpun dalam bahtera besar MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan thd Tuhan YME Indonesia) yang sebagian visinya adalah pemajuan dan pengembangan budaya baik secara fisik, mental, moral dan spiritual, merasa yakin bahwa dengan menggalang persatuan dan kebersamaan dengan seluruh perbedaan yang ada, kami mampu ikut menghantar bangsa ini ke gerbang puncak kejayaannya nanti. Rahayu.